Jokowi dan Sepeda: Kerja Keras, Mandiri, Melaju dalam Harmoni

Teriakan histeris ibu-ibu disamping saya memang nampak sudah tak terkendali saat Jokowi naik sepeda masuk ke panggung besar tempat dia akan menyampaikan pidato untuk pendukungnya, di acara “Deklarasi Alumni UI untuk Jokowi-Amin” di di Plaza Tenggara, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (12/1/2019). Sepeda yang digunakan Jokowi bukan sepeda impor yang kebanyakan dipakai oleh masyarakat, sepeda itu buatan anak bangsa yang membanggakan. Singgih Susilo alumnus program desain Institut Teknologi Bandung (ITB), yang merintis usaha sepeda bambu di sebuah desa kecil di Temanggung – Jawa Tengah. Sepeda ini telah dijual di pangsa internasional, yang ramah lingkungan.

Menggelitik hati saya kenapa Presiden dan Calon Presiden 2019-2024 ini suka sekali bersepeda, memberi sepeda dan bahkan di acara cukup penting saat ini, sepeda tetap menjadi peragaan yang membanggakan beliau, dan juga menyenangkan alumni UI yang hadir termasuk saya.

Jawabannya sederhana, yang pertama memang Jokowi senang naik sepeda, namun buat Jokowi sepeda itu lambang kemandirian dan kerja keras. Semua orang punya tujuan, entah tujuannya sudah benar atau belum, tinggi atau rendah, panjang atau pendek. Tujuan tentulah harapan dan mimpi seseorang, ibarat mengayuh sebuah sepeda, seberapa cepat kita ingin mencapai tujuan itu tergantung seberapa keras kita mengayuhnya. Kemajuan, kecepatannya dihasilkan dari usaha seseorang, tanpa mesin atau dorongan tenaga orang lain.

Jokowi merasa bahwa bersepeda itu lambang kebersamaan dari seluruh anggota tubuh, kaki mengayuh pedal dengan gerak yang harmonis seirama dan mata memandang terus ke depan, tangan tidak lelah menggenggam kemudi sambil sang jari berawas-awas menarik penarik rem.

Bersepeda itu melambangkan keseimbangan, bergerak maju perlu keseimbangan, berapa kali harus jatuh saat kita belajar sepeda. Namun saat keseimbangan tercapai, semua akan mengikuti, tubuh merunduk saat menanjak jalan yang mendaki, tubuh seakan teratur bergerak mengikuti gerak sang sepeda, saat ke kanan, ke kiri tubuh ikut lentur bergerak. Menurut Jokowi titik berat sepeda senantias ada ditengahnya.

Jokowi melihat sepeda itu kegemaran semua orang, bahkan lintas bangsa, suku, bahasa, agama, dan peradaban. Bisa seperti sepeda demikian halnya seorang pemimpin bisa mengayomi semua orang siapapun mereka, sebuah kebutuhan untuk membangun sebuah bangsa.

Jokowi menulis dalam Facebook nya, “Pendeknya, bersepeda itu adalah bekerja keras dan mandiri, melaju dalam harmoni dan keseimbangan. Dan karena itulah, saya senang berbagi sepeda di setiap acara dan kunjungan.”

Tepuk tangan meriah saat Jokowi bersepeda mengitari panggung “Deklarasi Alumni UI untuk Jokowi Amin.” Saya jadi menyadari dia menjalani arti sepeda buat dirinya, bekerja keras, mandiri, melaju dalam harmoni dan berusaha terus menjaga keseimbangan, ada satu lagi menurut saya, sepeda lambang kesederhanaan. Dan itu juga ada pada Jokowi pemimpin yang sederhana dan telah terbukti bekerja keras memimpin bangsaku, maju terus Indonesiaku!

Oleh: Fadjar AD/ BD