(Beritadaerah-Nasional) Dalam 3 tahun terakhir, realisasi inflasi tahunan telah berhasil dijaga pada rentang sasaran, dengan laju inflasi sebesar 3,02% (2016) dan 3,61% (2017). Pada November 2018, inflasi masih terkendali yaitu sebesar 0,27% month to month (mtm); 3,23% year on year (yoy), dan year to date (ytd) sebesar 2,50%.
Namun, masih ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada tahun 2018 secara yoy di atas 5%, antara lain telur ayam ras, ikan kembung, dan bawang merah. Untuk itu, hari ini (13/12), pemerintah duduk bersama masyarakat dan pelaku usaha untuk berdialog terkait salah satu komoditas yang berkontribusi pada inflasi pangan, yakni telur ayam.
“Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah pemasok telur ayam terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, sangat tepat kita berkumpul di sini untuk mendengar langsung keluhan peternak sekaligus mencari solusi atas permasalahan yang ada,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam diskusi publik dengan masyarakat peternak ayam di Sentra Peternakan Rakyat Ponggok, Kabupaten Blitar.
Daerah yang berada di kaki Gunung Kelud, Jawa Timur ini memiliki luas wilayah 1.589 km² dan jumlah penduduk 1,1 juta orang. Kontribusi produksi telur ayam ras Kabupaten Blitar terhadap total produksi Nasional adalah sebesar 40%. Usaha peternakan ayam ras oleh peternak skala mikro dan kecil serta menengah adalah dominan pada ayam ras petelur (layer).
Adapun klasifikasi usaha peternakan ayam ras layer di kabupaten Blitar dikelompokkan dalam 2 bagian berdasarkan jumlah kepemilikan ayam, yaitu:
1. Jumlah ayam di bawah 11.500 ekor dengan total populasi sebanyak 8.118.715 ekor, dimiliki sebanyak 2038 peternak.
2. Jumlah ayam antara 11.500–50.000 dengan total populasi sebanyak 3.120.000 ekor, dimiliki oleh 119 peternak.
“Daerah kita adalah daerah peternakan, terutama ternak ayam petelur. Blitar ini adalah pemasok urutan kedua nasional dan pertama untuk Jawa Timur yaitu sekitar 70%,” papar Bupati Blitar Rijanto dalam laporannya.
Artinya, ternak ayam dan produksi telur adalah kegiatan ekonomi penting di Blitar. Jumlah peternak ayam petelur di Blitar, tambah Rijanto, berjumlah sekitar 4000 lebih. “Namun, angka itu didominasi oleh peternak kecil yang rentan terkena naik turunnya harga telur. Harga telur kemarin sempat turun sampai Rp15.000,- ,” terangnya.
Sebaliknya, harga jagung sebagai bahan dasar pokok dari ternak ayam terus merangkak akibat kelangkaan di pasar domestik. Para peternak ayam sangat mengharapkan adanya ketersediaan pasokan jagung untuk kestabilan harga jagung.
“Namun demikian, negara hadir, pemerintah hadir langsung waktu itu. Ada Kepala Dinas Peternakan Jatim, Dirjen Peternakan dan sebagainya. Ini menunjukkan mereka sangat peduli kepada para peternak,” tutur Rijanto.
Kemudian atas koordinasi yang dipimpin oleh Menko Perekonomian, Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan pun menjawab kesulitan jagung di kalangan peternak dengan mengimpor jagung.
“Solusinya sudah kita rasakan bersama-sama yaitu jagung sudah diimpor dan jagung sudah lancar untuk para peternak ini. Lalu kalau kita lihat sekarang harga telur juga sudah membaik ke angka Rp21.000,- ,” sambung Bupati Blitar.
Acara ini juga diinisiasi sebagai respons dari pemerintah pusat terhadap keluhan masyarakat peternak ayam di Blitar yang tertuang dalam surat Bupati Blitar tanggal 11 Oktober 2018 kepada Menko Perekonomian.
Rijanto dalam suratnya tersebut memaparkan beberapa persoalan yaitu harga jagung yang tinggi, mencapai Rp5.000-Rp5.200 dan keberadaannya sangat langka. Apabila kelangkaan jagung sampai 1 hingga 2 minggu ke depan, maka banyak peternak ayam ras yang akan mengafkirkan ayam. Selain itu, hasil penelusuran keberadaan jagung ke pedagang jagung sesuai saran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, mendapati bahwa jagung kosong.
Sebagai informasi, kebutuhan jagung untuk peternak ayam ras petelur skala mikro kecil di Blitar adalah sebesar 3.978 ton per minggu untuk populasi 8.118.715 ekor sehingga kebutuhan per bulan sebesar 15.913 ton dan kebutuhan per tahun sebesar 206.856 ton.
Sementara kebutuhan jagung untuk peternak ayam ras layer skala menengah sebesar 1.529 ton per minggu untuk populasi sebanyak 3.120.000 ekor sehingga kebutuhan per bulan sebesar 6.115 ton dan kebutuhan pertahun sebesar 79.508 ton.
Pemerintah Kabupaten Blitar juga terus berkoordinasi dengan para pengurus ternak, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Bank Indonesia untuk mencari peluang pasar. “Kami juga berusaha membangun kerjasama dengan daerah lain seperti Lamongan, Tuban, Probolinggo, dan Tasikmalaya,” terangnya.
Selain itu, Bupati Blitar juga berharap agar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terus bersinergi mengawal peternak dan mencarikan solusi untuk semua kendala yang dihadapi.
Menutup acara, Menko Darmin mengatakan kehadirannya di daerah tiada lain bertujuan untuk mendengar keluhan langsung dari masyarakat, sembari berjanji akan mencari solusi yang terbaik bagi masyarakat. “Semua keluhan ini saya catat dan (akan kita) carikan solusinya”, pungkas Darmin.
Agustinus/Journalist/BD
Editor : Panda
Source : ekon