Inovasi Teknologi Pangan Lokal Perlu Untuk Kurangi Ketergantungan Terigu

(Beritadaerah – Nasional) Kementerian Pertanian (Kementan)  mengembangkan inovasi teknologi pangan lokal sebagai pengganti bahan baku terigu untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Pasalnya, seperti disampaikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Muhammad Syakir, ketergantungan masyarakat terhadap terigu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), kenaikan konsumsi terigu nasional meningkat dari 15,5 kilogram (kg) per tahun per kapita pada 2008, menjadi 25 kg per tahun per kapita pada 2018.

Jika terus dibiarkan, tentu akan membuat beban devisa negara semakin meningkat, mengingat terigu bukan bahan baku lokal. Salah satu upaya untuk menekan ketergantungan adalah dengan penerapan inovasi yang mengangkat pangan lokal potensial sebagai bahan alternatif pengganti terigu.

“Meski kita memiliki banyak potensi, jika tidak dilakukan dengan inovasi maka hasilnya akan biasa saja. Maka dari itu kita kelola potensi pertanian harus berbasis inovasi, sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo,” kata Syakir dalam sambutamya di acara Pangan Lokal Fiesta, Kampus Pertanian Cimanggu, Bogor, Rabu (7/11)

Pengembangan agroindustri dengan bahan baku pangan lokal menjadi ujung tombak peningkatan nilai tambah proses dan produk. Beberapa teknologi yang bisa dilakukan adalah modifikasi tepung atau pati baik secara fisik, kimia maupun biologis. Inovasi teknologi dengan penggunaan adaptif formulasi produk mampu menghasilkan tingkat substitusi terigu diantaranya yaitu: roti 10-20 persen, mie 10-30 persen, cake 50-100 persen, dan kue kering serta cookies 100 persen.

“Hutan sagu Indonesia, misalnya merupakan yang terbesar di dunia mencapai 5,5 juta hektare atau mendekati 85 persen populasi sagu dunia. Begitu juga, tanaman sorghum sangat hemat air dan bisa tumbuh dengan baik, terutama di daerah kering berbatu seperti di NTT. Sayangnya potensi ini belum dikembangkan dengan baik,” jelas Syakir.

Potensi lain adalah ubi kayu dan jagung, serta berbagai tanaman lain seperti hanjeli, garut, ganyong, talas, sukun yang dulunya pernah menjadi sumber pangan di sebagian masyarakat Indonesia namun kini terpinggirkan oleh konsumsi beras dan terigu yang semakin meningkat.

 

Nanie/Journalist/BD
Editor : Nanie
Source: Kominfo